Sebelum saya menjadi pengikut Isa Al-Masih, saya adalah seorang guru agama pada keyakinan lama saya. Tapi jauh dalam hati, ada rasa takut dan khawatir tentang maut. Dalam kitab suci yang dulu saya yakini, seseorang tidak dapat memiliki kepastian akan akhirat. Sebagai guru agama, saya tidak dapat menceritakan ketakutan saya pada orang lain. Hal ini sungguh menyiksa saya selama bertahun-tahun.
Bagaimana mungkin seorang guru agama Islam takut akan kematian? Bagaimana ia terbebas dari rasa takut itu?
Video berikut berjudul “Guru Agama Islam Terbebas dari Takut Mati.” Cerita pada video ini adalah perjalanan iman seorang guru agama yang takut akan kematian, akhirnya menerima damai di hati.
Bila Anda mempunyai pertanyaan atau pandangan lain, silakan mengemail staff kami atau kirimkan pertanyaan singkat Anda lewat WA/SMS ke 0812-8100-0718.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Pernahkah Anda merasa takut atau khawatir terhadap kematian yang mungkin suatu hari akan datang kepada Anda? Jelaskan alasannya!
- Apakah Anda lebih memilih agama turunan dari orang tua, atau percaya karena iman yang timbul dari mencari kebenaran tersebut? Sebutkan alasan Anda!
- Setujukah Anda bahwa keselamatan adalah anugerah dari Allah? Mengapa?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk pertanyaan singkat, dapat mengirimkan SMS ke: 0812-81000-718.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
~
Kafir kau.
~
Real,
Kami memiliki pengertian bahwa orang yang disebut kafir adalah mereka yang tidak mempercayai adanya Allah Sang Pencipta. Kami angat meyakini keberasaan Allah Sang pencipta. Lalu mengapa saudara menyebut kami kafir? Mohon berikan penjelasannya.
~
Noni
~
Dan pada akhirnya orang Islam yang tidak berkualitas akan masuk Kristen, dan Kristen yang cerdas dan berkualitas akan masuk Islam. Contoh : mualaf ustad Felix, muratadin pendeta Saifudin.
~
Alfaiz,
Ada berbagai alasan mengapa seseorang memilih berpindah keyakunan. Ada sebagian oang yang menemukan kebenaran dan meninggalkan keyakinan lamanya. Dan sebagian lagi meninggalkan karena faktor ekonomi atau pernikahan dan ada banyak alasan lain.
Namun terlepas dari semua hal itu, tentu manusia akan memilih kebenaran jika ia menuruti hati nuraninya. Sekalipun kebenaran itu bertentangan dengan apa yang ia yakini selama ini.
Kebenaran Allah adalah hal yang mutlak, bukan soal agama. Apapaun agamanya jika ia tidak menemukan kebenaran Allah maka ia berjalan di jalan yang salah.
~
Noni