Ada satu pertanyaan umum yang sering saya dengar, “Bukankah semua agama menuntun kepada Tuhan setelah kematian”?
Jelas tidak! Bila Anda melihat pernyataan dalam agama-agama besar, tidak ada pernyataan kepada Tuhan. Misalnya agama Budhisme dan Hinduisme. Kedua agama ini tidak jelas menggambarkan tentang Tuhan. Apa yang menanti Anda setelah kematian menurut Budhisme dan Hinduisme? Yaitu berujung kepada kematian kekal. Artinya, diri Anda sudah tidak ada lagi.
Bagaimana dengan agama Islam dan Kristen? Anda dapat menemukan jawabannya pada video berikut. Silakan klik video di bawah ini.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Setelah melihat video tersebut, menurut Anda, apakah agama Islam dan Kristen menuntun umatnya kepada Allah? Jelaskan alasan Anda!
- Apakah yang dapat menuntun seseorang hingga dapat sampai kepada Allah?
- Apakah Anda sudah mempunyai jaminan untuk yakin kelak dapat sampai kepada Allah? Jelaskan alasan Anda!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, baik dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk pertanyaan singkat, dapat mengirimkan SMS ke: 0812-81000-718.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
~
Dalam ajaran Islam Allah menjamin umat-Nya. Salah satunya pada surat Al Bayyinah:1-8. Dalam ayat ini secara jelas digambarkan balasan/jaminan bagi hamba-hamba-Nya yang taat dan tidak taat.
Dalam ajaran Kristen mudah sekali memperoleh sorga. Hanya dengan percaya Yesus sebagai Juruselamat, maka terhapus dosa-dosa orang itu.
Apa yang demikian adil di mata manusia dan Tuhan? Padahal Allah hakim yang seadil-adilnya dan bukan ritual penebusan dosa/pengorbanan nyawa seseorang terjadi pada zaman jahiliyah/pagantisme.
~
Bila Anda tidak mengerti makna penebusan yang dilakukan oleh Yesus, maka Anda tidak akan pernah paham tentang konsep keselamatan dalam Kekristenan.
Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah bagi umat-Nya, lewat pengorbanan yang dilakukan Yesus di atas kayu salib. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa keselamatan dapat diusahakan lewat ibadah atau amal.
Itulah sebabnya Injil mengatakan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Injil, Surat Efesus 2:8-9).
Siapakah manusia sehingga dia menolak anugerah Allah, dan merasa dapat mengusahakan keselamatannya sendiri?
~
Saodah
~
Hanya satu pertanyaan. Mengapa Alkitab Barnabas kalian ingkari?
Kenapa Yesus dipertuhankan oleh kaum Nasrani padahal Dia (Yesus/Isa) memerintahkan kepada umatnya menyembah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa?
~
Sdr. Irwan,
Sepertinya pengetahuan Anda soal Injil (bukan Alkitab) Barnabas masih sangat minim sekali.
Perlu Anda ketahui, injil Barnabas bukan hanya ditolak oleh pengikut Yesus. Tetapi seharusnya Anda sebagai Muslim pun menolaknya.
Apakah Anda ingin tahu bagaimana pendapat seorang Guru Besar Islam tentang injil Barnabas? Anda dapat membacanya di sini: http://tinyurl.com/bovljam.
Umat Nasrani tidak pernah mempertuhankan Yesus. Menurut Anda, apakah umat Nasrani sebodoh itu sehingga mereka mengangkat seorang manusia untuk menjadi tuhan baginya?
Yesus adalah Tuhan sejak dari semula hingga selama-lamanya. Inilah perkataan Yesus akan hal itu, “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” (Injil, Kitab Wahyu 22:13).
Jika Yesus hanya seorang manusia, menurut Anda akan-kah Dia berkata bahwa Ia adalah Alfa dan Omega?
~
Saodah
~
Tolong tunjukkan ayat di Injil yang mengatakan dengan jelas dan terang bahwa Yesus itu Tuhan. Tidak ada, bukan?
Yesus itu sebenarnya manusia yang sudah “menyatu” dengan-Nya. Ini bisa digambarkan seperti titik air yang jatuh ke samudera nan luas. Pada saat seperti itu tidak salah kalau manusia menyebut dirinya adalah Tuhan.
Karena hakikatnya yang berbicara adalah Tuhan itu sendiri. Kita semua adalah bagian dari Tuhan. Karena Tuhan Maha besar. Ini yang sering gagal dipahami oleh orang Kristen dan beberapa orang Islam sekalipun.
~
Mungkin perkataan Isa berikut ini dapat menjawab pertanyaan Anda di atas:
“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan” (Injil, Rasul Besar Yohanes 13:13).
Anda mengumpamakan Yesus dan Allah ibarat setitik air dan samudera nan luas. Menurut kami kedua hal tersebut tidak berbeda, alias nama. Karena samudera seberapa luasnya pun dia, tetaplah air. Sama dengan yang hanya setitik, juga adalah air.
Jadi, menurut kami, Anda setuju bahwa Yesus dan Allah adalah sama. Bukankah begitu?
~
Saodah