Umat Nasrani saat beribadah sering tepuk-tangan, selalu memakai alat musik, yang wanita tidak menutup kepala dan sering memakai pakaian seksi. Sehingga wajar saja bila non-Kristen sering heran dengan cara beribadah umat Nasrani.
Pada episode ini, Video “Lika-Liku Keluarga Ahmad Soeparno” mengangkat tema mengenai “Kekurangan Ibadah Nasrani.” Ilustrasi dalam video ini akan menolong Anda untuk memahami tata cara ibadah Nasrani dan apa yang melatar-belakangi mereka beribadah dengan cara demikian.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut saudara, apakah Allah lebih memperhatikan cara beribadah kita atau sikap hati kita pada waktu beribadah? Jelaskanlah jawaban saudara.
- Mengapa orang beragama cenderung berfokus pada ibadah lahiriah, dan jarang menekankan kepentingan kemurnian hati pada waktu beribadah?
- Mengapa kebersihan hati penyembah lebih penting dari hari yang dipakai untuk sembahyang, misalnya Jumat, Sabtu atau Minggu?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk pertanyaan singkat, dapat mengirimkan SMS ke: 0812-81000-718.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.”
~
Salam dari saya ari36@gmail.com. Dalam bermunajat kita sudah diberikan tata caranya, dalam Islam sudah diatur waktu dan tata cara berdoa, ini secara lahiriah!
Untuk kemurnian hati dalam beribadah sangatlah harus kita jaga. Maka dari itu Islam punya syariat yang meliputi rukun Iman dan Islam.
Dalam Islam cara memandang kemurnian batin dapat diketahui secara lahiriah. Jika memang hati seseorang itu murni, pastilah lahiriah seseorang itu menonjolkan sifat dan sikap kemurnian hati itu.
~
Salam Sdr. Ari,
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bertemu dengan orang yang kepribadiannya benar-benar baik, tulus, santun. Juga, kita akan bertemu orang yang pura-pura santun, tulus atau munafik.
Apakah orang yang benar-benar baik, tulus, santun itu hatinya sudah murni? Menurut saya tidak! Sebaik apapun seseorang, pasti jatuh dalam dosa. Mungkin bukan dosa seperti membunuh, mencuri, dll. Tapi dosa yang dilakukan di luar kesadarannya. Misalnya cemburu, marah, kesal pada seseorang, dll.
Natur manusia adalah pendosa. Setaat atau sebaik apapun seseorang pasti ada dosa dalam dirinya. Dan dosa inilah yang menjadi penghalang antara kita dengan Allah.
Bagaimana untuk membereskan masalah ‘dosa’ ini? Itulah yang terkadang tidak terpikirkan oleh kita umat beragama. Mungkin Sdr. Ari punya pandangan?
~
Saodah