“Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu” (Injil, Rasul Besar Yohanes 6:30)
Ketika Anda memberi sedekah, apakah tujuan Anda sebenarnya? Apakah supaya Anda mendapatkan imbalan atau pujian? Atau Anda melakukannya atas dorongan rasa saling mengasihi sesama?
Ilustrasi yang terdapat pada video berikut akan menjelaskan kepada Anda. Bagaimana seharusnya bersikap ketika Anda bersedekah. Agar amalan yang Anda lakukan berkenan di hadapan Allah. Silakan klik video di bawah ini.
Focus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut saudara, apakah sebenarnya tujuan seseorang beramal? Jelaskanlah!
- Bagaimanakah sebaiknya sikap hati seseorang ketika dia bersedekah?
- Dapatkah amal/sedekah menolang seseorang masuk sorga? Jelaskanlah jawaban saudara!
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, baik dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Untuk pertanyaan singkat, dapat mengirimkan SMS ke: 0812-81000-718.
Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.
~
Mutiara tersembunyi Isa dan Islam.
*****
Menurut saudara, apakah sebenarnya tujuan seseorang beramal? Jelaskanlah!
Jawab:
Laksana wayang dengan dalangnya, wayang tidak dapat berbuat apapun selain perbuatan dalang (Ini hanya sebagai penghampiran faham saja). Tidak ada amal yang dapat dilakukan oleh hamba, apalagi dapat menolong untuk masuk sorga? Tentu tidak.
*****
Terimakasih untuk jawaban yang sudah Anda berikan. Jika memang amal ibadah tidak dapat menolong seseorang masuk sorga. Jadi menurut Anda, apakah yang harus dilakukan agar orang tersebut yakin masuk sorga?
~
Saodah
~
Sekali lagi saya sampaikan bahwa bukan sorga tujuan utama. Tapi tujuan utama yang dituntut Allah adalah kembali kepada Allah dengan sempurna sebagaimana asalnya. “Kita berasal dari Allah dan kembali kepada Allah.”
Sorga hanya bonus yang Allah akan berikan. Karena sorga itu ciptaan Allah, dan dalam tauhid ibadah yang mengharapkan sorga, berarti berharap kepada selain Allah, dan itu termasuk perbuatan syirik yang tidak terampuni.
~
Jika memang tujuan utama bukan sorga, melainkan datang kepada Allah dengan sempurna. Artinya bersih dari dosa.
Pertanyaan saya: Dengan cara bagaimanakah seseorang dapat membersihkan dosanya dan layak datang kepada Allah?
Ingat, sifat Allah adalah suci. Kesucian dan kenajisan (dosa) tidak dapat bersatu. Dengan kata lain, setitik pun dosa dalam diri manusia, maka dia sudah najis di hadapan Allah.
~
Saodah
~
Apa yang ada pada Isa Al-Masih, apa yang ada pada saya, apa yang ada pada Anda, pada hakikatnya dari Allah juga. Manusia tidak memiliki apa-apa dan tidak punya daya dan upaya. Semua yang kita lakukan pada hakikatnya atas daya dan upayanya Allah.
Maka pada hakikatnya semua manusia itu sama di hadapan Allah, kecuali tingkat ketaqwaannya. Laksana wayang dengan dalangnya. Ada wayang antagonis dan ada yang protagonis, itu semua perbuatan dalang. Inilah hakikat tauhid yang sebenarnya.
~
Kami setuju dengan Anda. Manusia tidak mempunyai daya upaya. Apa yang terjadi dalam hidup manusia, semua dalam rancangan Allah.
Demikian juga halnya dengan kebutuhan keselamatan kekal manusia. Tidak ada manusia yang dapat mengupayakannya, walaupun dengan amal dan ibadahnya. Karena keselamatan itu juga datang dari Allah.
Itulah sebabnya firman Allah berkata, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Injil, Surat Efesus 2:8-9).
Kiranya Sdr. Tiawan juga berkenan menerima anugerah keselamatan yang Allah sediakan dalam Isa Al-Masih.
~
Saodah
~
Benar, sesuatu yang tidak suci tidak akan bersatu dengan yang suci apalagi dengan Yang Maha Suci.
Membersihkan dosa agar kita dapat kembali kepada Allah itu mutlak harus dilakukan. Cara membersihkan diri dari dosa telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Qs Al Ahzab:12 menegaskan bahwa kalau kita ingin kembali kepada Allah, maka ikuti cara yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
~
Jika Anda tidak keberatan, dapatkah Anda menjelaskan cara yang bagaimana yang telah dicontohkan oleh Muhammad untuk membersihkan diri dari dosa? Apakah dengan mengikuti cara tersebut, seseorang sudah pasti bersih dari dosa dan pasti mendapatkan jaminan keselamatan di akhirat?
~
Saodah
~
Sekarang giliran saya bertanya sebagai kelanjutan debat kita. Apa sebenarnya yang menyebabkan umat Nasrani tidak mengakui kebenaran Islam dan Muhammad sebagai pembawa risalahnya?
~
Mengapa Nasrani menolak mengakui kebenaran dalam Islam (Al-Quran)? Ini pertanyaan yang sangat menarik. Setidaknya, ada empat hal mengapa umat Nasrani menolak Al-Quran sebagai kebenaran dari Sang Khalik:
1) Sifat Allah dalam Al-Quran saling kontradiksi
2) Al-Quran memuat cerita-cerita dongeng, yang kala itu sangat terkenal
3) Al-Quran memuat surah yang berhubungan dengan jin-jin
4) Al-Quran mengatakan, petunjuk dan cahaya Allah terdapat dalam Injil dan Taurat.
Untuk lebih jelasnya, Anda dapat membaca di sini: http://tinyurl.com/jvf5pka.
~
Saodah
~
Menurut Anda untuk apa Allah menurunkan syariat Islam dan mengutus Nabi Muhammad. Atau kalian menganggap Nabi Muhammad itu adalah nabi palsu dan membawa syariat palsu? Kalau memang iya, mengapa kalian mengutip Al-Quran sebagai dalil untuk menghujjah umat Islam?
~
Pengikut Isa Al-Masih tidak mengakui Muhammad sebagai nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya. Karena pengikut Isa tidak mengakuinya sebagai nabi Allah, maka mereka pun sulit untuk menerima pengajaran yang diberikan oleh Muhammad. Disamping itu, ajaran yang disampaikan Muhammad banyak yang tidak sejalan, bahkan cenderung bertentangan dengan ajaran yang disampaikan oleh para nabi terdahulu.
Lalu, bagaimana pandangan orang Kristen tentang Muhammad? Anda dapat membaca penjelasannya di sini: http://tinyurl.com/cj969my.
~
Saodah
~
Staff IDI,
Anda berkata:
1. Sifat Allah dalam Al-Quran saling kontradiksi
2. Al-Quran memuat cerita-cerita dongeng yang kala itu sangat terkenal.
Jawaban saya:
1. Tolong berikan contohnya. Seperti keyakinan Anda, apakah yang mengimani ketuhanan Yesus dan yang tidak mendapat kasih yang sama di dunia dan akhirat?
2. Bukan cerita/dongeng, yang benar adalah kisah nyata, itu diharapkan bisa dijadikan pelajaran bagi umat manusia sesudahnya.
Alkitab juga banyak memuat kisah, tapi Anda mempercayainya bukan?
~
Sdr. Muhammad Isa, berikut jawaban saya atas pertanyaan Anda di atas:
1. Contoh sifat Allah Al-Quran saling kontradiksi: “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar bumi itu tidak goncang bersama mereka” (Qs 21:31). Hal serupa juga ditulis dalam Qs 16:15 dan 31:10.
Bila benar gunung-gunung dapat menahan terjadinya gempa bumi, mengapa ada banyak gempa bumi di Indonesia, negara di mana terdapat banyak gunung?
2. “Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian” (Qs 3:46, 19:29). Dongeng ini berasal dari Injilu‘t Tafuliyyah atau “Injil Masa Bayi Isa Al-Masih” (Gospel of the Infancy of Jesus Christ). Ahli sastra mengakui bahwa injil palsu ini, berasal dari Mesir, pada tahun 150-200 M. Yaitu 150 tahun sesudah masa hidup Isa.
~
Saodah
~
Kata Anda ajaran Muhammad susah diikuti/pelajari, tapi nyatanya sebagian umat Islam ada yang hafal 30 jus Al-Quran.
~
Sdr. Diden,
Seperti judul dari video di atas, yaitu tentang “Beramal – Mencari Pahala atau Karena Kasih?” Maka dari itu, kami harap komentar yang Anda berikan berhubungan dengan topik video tersebut. Atau, setidaknya Anda dapat menjawab salah satu dari tiga pertanyaan yang ada.
Jika Anda ingin bertanya tentang hal di luar dari topik video tersebut, Anda dapat langsung mengirimkannya lewat email kepada saya di: saodah@idionline.info.
~
Saodah